23 Juni 2008

antioksidan

kmaren,, pas masih dalam rangkaian dietetic internship, aq sempet bikin artikel ttg antioksidan.. diambil dari berbagai sumber gitu.. naa, daripada skrg cuma ta simpen sendiri,, mending di-share disini ya.. hehe.. ini nih, artikelnya...
ANTIOKSIDAN, Sang Jagoan Penangkal Radikal Bebas
(Yhona Paratmanitya, S.Gz. Dietetic Internship Programme, FK UGM)
Telah sering kita dengar mengenai khasiat antioksidan sebagai suatu zat yang dapat menangkal radikal bebas. Sebagian masyarakat mungkin masih cukup awam terhadap apa yang dimaksud dengan antioksidan dan radikal bebas. Benarkah antioksidan itu memegang peranan yang sangat penting terhadap kesehatan tubuh kita? Bagaimanakah kerja antioksidan di dalam tubuh? Apa saja yang tergolong sebagai zat antioksidan?

Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menghambat ataupun mencegah terjadinya oksidasi di dalam tubuh. Oksidasi merupakan suatu reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas, dimana radikal bebas tersebut dapat memulai suatu rantai reaksi yang menyebabkan kerusakan sel. Antioksidan akan mengakhiri rantai reaksi tersebut dengan jalan memindahkan radikal bebas yang telah terbentuk dan menghambat reaksi oksidasi lainnya dengan menjadikan dirinya teroksidasi.

Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui :
A. Melalui Pernafasan
Saat bernafas, oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan oleh tubuh akan masuk untuk proses pembakaran gula menjadi CO2, H2O dan energi. Tetapi dengan bernafas atau oksigen yang berlebihan saat olahraga, dapat terjadi reaksi yang kompleks dalam tubuh dan menghasilkan produk-produk sampingan berupa radikal bebas. Semua radikal bebas oksigen ini sangat cepat merusak jaringan-jaringan sel. Agak aneh memang bila dikatakan bahwa oksigen adalah pemasok radikal bebas, sebab oksigen adalah senyawa yang sangat kita butuhkan. Namun oksigen memang dapat berperan dalam memasukkan radikal bebas ketika kita bernafas. Saat kita menghirup udara terpolusi oleh asap rokok, asap pabrik dan asap pembakaran bensin kendaraan, dapat memicu terbentuknya radikal bebas.
B. Kondisi Lingkungan Yang Tidak Sehat
Adanya asap rokok, pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor, bahan pencemar, dan radiasi matahari menyebabkan timbulnya radikal bebas karena terjadi proses oksidasi yang tidak sehat dan menimbulkan serentetan mekanisme reaksi.
C. Makanan Berlemak
Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita, tetapi konsumsi lemak yang berlebihan sangat berpotensi menghasilkan radikal bebas. Lemak tidak jenuh yang mudah sekali dioksidasi atau terserang peroksidasi lipid dapat membentuk radikal peroksida lipid. Makanan yang banyak mengandung lemak tak jenuh antara lain mayones, saos salad. Lemak lainnya, seperti yang terdapat dalam margarin atau mentega tiruan, juga berbahaya apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Peranan radikal bebas dalam memicu terjadinya berbagai penyakit dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lemak (lipid), karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.

Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun disebabkan oleh adanya serangan radikal bebas pada DNA dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan. Selain itu, oksigen reaktif dapat mengoksidasi molekul besar lemak yang disebut LDL (low density lipoprotein) yang kemudian akan mengendap di pembuluh darah jantung sehingga menjadi sempit dan aliran darah terganggu dan sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati. Timbullah penyakit yang lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sinar ultra violet juga dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas. Sinar UV ini dapat merangsang melanosit memproduksi melanin berlebihan dalam kulit, yang tidak hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan juga berbintik hitam. Sinar UV juga dapat merusak kulit dengan menembus lapisan basal yang menimbulkan kerutan.

Dalam jumlah tertentu radikal bebas sebenarnya juga dibutuhkan oleh tubuh. Radikal bebas tersebut dibutuhkan sebagai bagian dari pertahanan tubuh. Salah satu contoh, radikal bebas bisa membantu sel darah putih atau lekosit untuk menghancurkan atau memakan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pada kenyataannya radikal bebas sering tercipta melebihi kebutuhan tubuh.

Bak dalam film, ada peran jahat maka ada pula sang jagoan atau pahlawan yang mampu melumpuhkan sang penjahat. Sang jagoan inilah yang dikenal sebagai antioksidan. Terdapat tiga macam antioksidan dilihat dari fungsinya, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Fungsi primer yaitu antioksidan berperan mencegah pembentukan radikal bebas yang baru dan melindungi tubuh kita dari rusaknya sel-sel akibat radikal bebas tersebut. Fungsi sekunder yaitu menangkap radikal bebas yang sudah terbentuk dan mencegah terjadinya reaksi yang berlanjut. Pada tahap ini radikal bebas sudah merusak sel dan terjadi pembentukan berantai. Antioksidan akan maju dan memutus rantai tersebut. Sedangkan fungsi tersier adalah memperbaiki kerusakan yang sudah telanjur terjadi.
Sebelumnya kita juga perlu mengenal penggolongan dari antioksidan, yaitu :
  1. Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase, glutathione peroxidase, dan katalase.
  2. Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan yaitu tokoferol, vitamin C, karotenoid, flavonoid dan senyawa fenolik.
  3. Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahn-bahan kimia yaitu Butylated Hydroxyanisole (BHA), BHT, TBHQ, PG dan NDGA yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak.

SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD)
Antioksidan ini merupakan enzim di dalam tubuh kita yang bekerja bila ada pembantunya yaitu berupa mineral-mineral seperti tembaga, mangan yang bersumber pada kacang-kacangan, padi-padian. Dengan demikian sangat diperlukan sekali mengkonsumsi bahan tersebut. Terdapat juga tanaman yang dapat menghasilkan SOD antara lain brokoli, bayam, sawi dan juga hasil-hasil olahan seperti tempe.
GLUTATHIONE PEROXIDASE
Enzim tersebut mendukung aktivitas enzim SOD bersama-sama enzim katalase dan menjaga konsentrasi oksigen akhir agar stabil dan tidak berubah menjadi pro-oksidan atau pemicu oksidasi. Makanan yang kaya glutahione adalah kubis, brokoli, asparagus, alpukat dan kenari. Glutathione sangat penting melindungi selaput-selaput sel.
KATALASE
Enzim katalase disamping mendukung aktivitas enzim SOD juga dapat mengkatalisa perubahan berbagai macam peroksida dan radikal bebas menjadi oksigen dan air. Enzim-enzim tersebut dalam bekerjanya sangat membutuhkan mineral-mineral penyusun seperti Copper (Cu), Zinc (Zn), Selenium (Se), Manganese (Mn), Besi (Fe).
- Makanan sumber Cu : tiram, kerang, hati, kacang-kacangan, unggas, biji-bijian, cokelat
- Makanan sumber Zn : daging, hati, kerang, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan
- Makanan sumber Se : makanan laut, hati, daging, unggas
- Makanan sumber Mn : makanan nabati
- Makanan sumber Fe : makanan hewani, tempe, kacang-kacangan, sayuran hijau
TOKOFEROL (VITAMIN E)
Vitamin E atau tokoferol termasuk antioksidan primer yang dapat mencegah terjadinya rentetan reaksi radikal bebas. Tokoferol atau vitamin E banyak sekali dijumpai dalam minyak bunga matahari, minyak zaitun, kacang-kacangan, biji gandum, alpukat dan sayuran berwarna hijau. Pada hewan seperti daging sapi, unggas, atau ikan jumlah vitamin E agak terbatas. Kebutuhan vitamin E sekitar 8-10 mg/hari tetapi sebaiknya mengkonsumsi 15 mg/hari dan bila sakit diperlukan 30 mg/hari. Sebagai contoh, untuk kecukupan asupan vitamin E dari alpukat dibutuhkan kira-kira ½ kg.
VITAMIN C
Vitamin C (asam askorbat) merupakan antioksidan alami yang mudah dan murah bila dikonsumsi dari alam. Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi untuk mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan adalah sebesar 30-60 mg per hari. Sumber vitamin C terutama berasal dari buah-buahan, seperti belimbing, jambu biji, jeruk, nenas, pepaya, pisang ambon, jambu monyet (jambu mete), mangga, rambutan, dan sirsak, serta sayur-sayuran seperti daun singkong, daun katuk, daun melinjo, daun pepaya, kol dan bayam. Sedangkan bahan makanan hewani pada umumnya bukan merupakan sumber vitamin C yang tinggi. Sayuran segar mengandung kadar vitamin C lebih sedikit dibandingkan dengan buah-buahan. Setiap satuan bahan makanan penukar mengandung 30-80 mg vitamin C. Kebutuhan vitamin C sehari bagi seseorang akan terpenuhi dengan memakan satu satuan penukar buah-buahan dalam bentuk segar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan vitamin C sehari, seseorang dapat mengkonsumsi 1 buah jeruk ukuran sedang, atau 1 buah besar jambu biji. Dalam suatu buah sumber vitamin C, kadar vitamin ini lebih banyak terdapat pada bagian kulitnya dibandingkan bagian dagingnya.
KAROTENOID
Karotenoid merupakan suatu zat alami yang sangat penting dan mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air yang merupakan suatu kelompok pigmen berwarna oranye, merah atau kuning. Senyawa ini ditemukan tersebar luas dalam tanaman dan buah-buahan, dan tidak diproduksi oleh tubuh manusia.
Dalam tanaman terdapat dalam khloroplast daun atau batang tanaman yang berwarna hijau seperti halnya dengan khlorophyl, dan juga dalam buah dan umbi. Komoditas yang mengandung karoten contohnya antara lain wortel, tomat, pisang, pepaya, semangka, jeruk, buah merica, dan cabai.
SENYAWA FENOLIK
Senyawa fenolik merupakan salah satu senyawa antioksidan alami yang dapat larut dalam air serta memiliki fungsi antara lain sebagai penangkap radikal bebas. Bahan-bahan yang mengandung senyawa fenolik dan sangat bagus sebagai antioksidan antara lain jahe, bawang putih, teh (kandungan senyawa fenolik tertinggi terdapat pada teh hijau), kunyit, ubi jalar ungu, strawberry, serta kedelai dan hasil olahannya.

Senyawa antioksidan ini diperlukan hanya dalam jumlah tertentu. Jadi, jika tubuh dalam keadaan dan aktivitas normal, asupan makanan yang seimbang membuat kita tak perlu tambahan segala macam suplemen. Dalam keadaan tertentu, seperti meningkatnya usia, sakit, stres, bekerja terlalu keras, ibu hamil dan menyusui yang mengalami gangguan selera makan, orang yang hidup dalam lingkungan yang tidak sehat dan tercemar oleh berbagai polusi, berolahraga berat, perokok berat atau pada peminum alkohol, serta yang makanannya banyak mengandung lemak, maka mungkin sekali perlu tambahan suplemen antioksidan.
Kalaupun akan mengkonsumsi suplemen, perlu diperhatikan agar memilih produk yang sudah mendapat legalisasi dari pemerintah. Namun, jika kita telah menerapkan pola menu seimbang dan pola hidup sehat (aktivitas fisik dan istirahat yang cukup dan teratur), maka secara alami tubuh telah cukup mendapatkan antioksidan dari makanan yang kita makan. Pola makan sehat di antaranya banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. *

Tidak ada komentar: