prenz,, ada artikel bagus ni.. pengen share aja... smoga bermanfaat !! ^_^
Masyarakat saat ini, perlu arif dalam memilih dan mengolah bahan pangan. Sebab, tidak semua bahan pangan yang mahal dan dikemas menarik merupakan menu yang bermanfaat bagi tubuh. Sebaliknya, bahan yang disajikan secara tradisional, bukannya tak mungkin mengandung gizi yang memadai.
Falsafah lama mengatakan bahwa makan itu untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Dengan semakin berkembangnya pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan serta makin tingginya tuntutan masyarakat akan pola hidup yang sehat, makan bukanlah sekadar memenuhi tuntunan untuk hidup. Kualitas makanan kini menjadi lebih penting dibanding kuantitas/jumlah. Dengan makanan yang berkualitas tinggi akan tercipta generasi bangsa yang sehat, cerdas, dinamis, dan kuat.
Untuk hidup sehat, tubuh kita memerlukan sejumlah zat gizi, yang secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Karbohidrat, lemak, dan protein adalah tiga serangkai penghasil energi utama bagi tubuh kita. Khusus untuk protein, fungsi utamanya bukan sebagai penghasil tenaga, tetapi sebagai zat pembangun yang fungsinya untuk membentuk sel-sel baru pengganti sel yang telah rusak, baik selama proses pertumbuhan (untuk bayi dan anak-anak) maupun untuk pemeliharaan jaringan (untuk orang dewasa). Vitamin dan mineral sering disebut sebagai zat pengatur, yang berfungsi untuk mengatur kelancaran reaksi-reaksi di dalam tubuh.
MENU SEIMBANG
Agar kesehatan tubuh kita senantiasa terjamin, keenam zat gizi tersebut harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan kata lain, menu kita harus seimbang, yaitu seimbang antara kebutuhan dan masukan (intake). Bila masukan lebih besar dari kebutuhan, kita akan menjadi gemuk. Sebaliknya bila pengeluaran lebih besar dari masukan gizi, tubuh akan menjadi kurus dan sakit-sakitan.
Dengan mengetahui penggolongan bahan pangan berdasarkan kelompok zat gizinya, kita akan terhindar dari pemilihan bahan pangan yang tidak serupa, tetapi sama maknanya bagi tubuh. Misalnya, makan sepiring nasi yang dicampur dengan mi, kentang dan sayur nangka muda, sangat tidak tepat dari segi gizi. Sebab, ketiganya adalah sumber karbohidrat.
Banyaknya zat gizi yang dibutuhkan seseorang dipengaruhi banyak faktor, seperti jenis kelamin, usia, bobot tubuh, aktivitas sehari-hari, keadaan fisiologis (misalnya hamil dan menyusui), serta faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, perencanaan menu dalam suatu keluarga, selain harus memperhatikan jumlah anggota, juga harus memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas.
Selain faktor jumlah, yang perlu diperhatikan dalam makanan adalah faktor kualitas dari apa yang kita makan. Kualitas yang dimaksud di sini adalah kualitas gizi. Tidak seperti kualitas baju, sepatu, dan bahan nonpangan lainnya, kualitas gizi tidak selalu berhubungan dengan harga bahannya.
HARGA Versus KUALITAS
Bila memiliki pengetahuan gizi yang cukup, kita tidak perlu berkecil hati apabila anggaran belanja kita tidak cukup untuk membeli daging dan susu setiap hari. Kita pun tidak perlu merasa khawatir bahwa anak balita akan menjadi sakit, hanya karena tidak mampu menyediakan daging dan ikan dalam menu sehari-hari di rumah. Dengan mengetahui bahwa protein berasal dari dua sumber utama, yaitu protein hewani (seperti daging, ikan, susu dan telur) serta protein nabati (seperti tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan), kita dapat menggantikan protein hewani yang harganya relatif mahal dengan protein nabati yang harganya lebih murah.
Makanan yang berharga mahal dan mempunyai kemasan mewah, belum tentu mempunyai nilai gizi yang baik. Ikan, daging, buah, dan sayuran dalam kaleng yang harganya relatif mahal, ternyata memiliki kadar gizi yang lebih rendah dibanding bahan segarnya. Namun, karena sifatnya yang praktis dan tidak perlu banyak waktu untuk menyiapkannya, produk-produk tersebut sangat disukai oleh masyarakat modern saat ini.
Anggapan bahwa membeli bahan makanan di supermarket lebih menguntungkan daripada di pasar biasa (tradisional), tidaklah selalu benar. Apabila kita belanja di pasar biasa pada saat yang tepat, misalnya di pagi hari, kita pun bisa mendapatkan barang yang bermutu gizi baik dengan harga relatif murah.
GUNAKAN PANCA INDERA
Selain pengetahuan mengenai gizi seperti yang telah diterangkan sebelumnya, kita juga perlu memiliki pengetahuan praktis tentang mutu suatu bahan pangan. Secara sederhana, penilaian mutu ini dapat dilakukan dengan menggunakan panca indera yang kita miliki, yaitu penglihatan, penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran.
Kita harus mampu mengenali kesegaran bahan pangan hanya dengan menggunakan parameter warna, rasa, aroma, dan teksturnya. Sebaiknya kita tidak membeli bahan pangan yang memiliki warna, aroma, dan tekstur yang menyimpang dari normalnya.
Warna hijau tua pada sayuran memberikan indikasi bahwa sayuran tersebut memiliki kandungan vitamin lebih baik daripada yang berwarna hijau terang atau hijau kekuningan. Warna kuning, oranye, sampai merah pada sayuran dan buah-buahan merupakan pertanda bahwa bahan tersebut mengandung sejumlah karoten, yaitu bahan untuk pembentukan vitamin A.
Kalau kita ingin membeli ikan yang segar misalnya, indikator yang harus kita pakai adalah warna kulit yang cerah, sisik yang masih melekat kuat, mata yang jernih dan tidak terbenam atau berkerut, daging yang keras dan lentur, bau yang segar (khas ikan), insang yang merah, serta kulit yang tidak terlalu banyak berlendir.
Dalam memilih beras, penggunaan kriteria putih mengkilap sebagai dasar penentuan mutu beras yang baik adalah keliru. Beras yang putih mengkilap tidak selalu lebih baik daripada beras yang agak buram kecokelatan. Beras dapat dibuat mengkilap dengan cara disosoh setelah proses penggilingan (penghilangan kulit ari).
Semakin mengkilap beras, semakin banyak kulit ari yang terbuang dari beras, sehinga beras tersebut semakin miskin akan serat pangan (dietary fiber) dan vitamin B1(thiamin). Kita telah mengetahui bahwa vitamin B1 sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit beri-beri dan merombak karbohidrat menjadi energi. Serat pangan sangat besar perannya dalam mencegah sembelit, penyakit jantung, kanker usus besar, wasir, kencing manis, dan obesitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar